WEBINAR, MENGGALI IDE UNTUK PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Jumat, 22 Mei 2020 | Kompleksitas dalam dunia pendidikan mengarahkan eksistensi guru untuk terus menambah wawasan pengetahuan dibidangnya masing-masing. Mengingat ilmu pengetahuan terus menerus mengalami perkembangan. Terlebih menjadi seorang guru di era teknologi yang semakin canggih, tentu menjadi tantangan tersendiri.
Melalui alasan itulah, Pengawas Sekolah Dasar Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kota Denpasar yang bekerjasama dengan ER Institut menyelenggarakan seminar online atau yang populer disebut sebagai “Webinar”. Adapun tujuan umum pelaksanaan Webinar ini adalah melatih dan membuat para guru menjadi peka serta cepat tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya.
Selain itu, melalui Webinar yang mengambil tema “Menggali Ide Untuk Penelitian Tindakan Kelas” diharapkan seorang guru menjadi reflektif dan kritis terhadap proses pembelajaran di dalam kelas. Mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan kuantitas proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Kemudian pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diharapkan pula dapat meningkatkan kinerja pendidik.
Adapun tujuan khusus Webinar yang diikuti oleh Guru-Guru di gugus binaan Pengawas I Made Arjana, S.Pd.,M.Pd ini adalah membangun pemahaman Guru untuk menggali atau melakukan penelitian tindakan kelas, sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan profesi tenaga pendidik, yang juga penting dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas peserta didik.
Mengingat kegiatan pelaksanaan Webinar sangat relevan dalam situasi saat ini—ditambah bersifat gratis, pelaksanaannya pun mampu membangkitkan menggairahkan diskusi para peserta. Terlebih kegiatan Webinar diisi oleh narasumber yang sangat berkompeten di bidangnya, yakni Erry Trisna Nurhayana, S.Pd.,M.Pd seorang Guru di SDN 14 Pemecutan dan seorang penulis muda.
Gairah yang terbangun dalam kegiatan Webinar dapat dilihat melalui banyaknya pertanyaan dari para peserta kepada narasumber. Seperti misalnya pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta I Made Mudiartana mengenai cara melakukan Sitasi yang benar. Narasumber menjawab bahwa Sitasi berkaitan dengan dua hal, yaitu kutipan dan references. Dianjurkan, Sitasi untuk pendidikan agar menggunakan American Phsychological Association (APA) Style atau gaya yang mengikuti format Harvard.
Pertanyaan kedua dilontarkan oleh I Ketut Dana, yang menanyakan tentang jumlah daftar pustaka yang diperlukan dalam PTK. “…daftar putaka tergantung pada references yang digunakan. Misalnya, di dalam sebuah judul penelitian ‘penerapan pembelajaran model Stad berbantuan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar IPA’ jadi minimal dalam daftar pustaka itu diperlukan teori tentang metode Sta, kemudian media gambar, hasil belajar IPA dan berkaitan dengan metode analisis data. Gunakanlah sumber-sumber yang benar-benar relevan dengan judul atau dengan penelitian yang dilakukan. Semakin banyak sumber yang relevan, maka kualitas penelitian itu cenderung semakin baik….”.
Gairah Ni Wayan Darti juga tidak kalah dari para peserta lain yang mengikuti Webinar. Ia memberikan masukan tentang cara menghindari lupa terhadap permasalahan, sebaiknya Guru selalu ingat untuk mencatat kemudian melakukan dokumentasi terhadap permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran. Selain itu, hendaknya Guru ikut serta bergabung dalam komunitas-komunitas yang positif—seperti komunitas menulis. Sehingga, harapannya dapat menggugah minat dan semangat menulis.
Masukan Ni Wayan Darti mengenai komunitas menulis ternyata menggugah peserta Ni Ketut Sekarini untuk menanyakan lebih dalam mengenai kegiatan menulis. Mengingat dirinya sebagai Guru yang termasuk senior berusia lima puluh empat tahun, namun merasa masih sangat lemah dalam kemampuan menulis. Itulah sebabnya, Ia menanyakan mengenai les private kepada narasumber. Mendengar argumentasi Ni Ketut Sekarini tentang keinginannya untuk bisa menulis di usia yang tidak muda lagi, narasumber mengungkapkan apresiasinya dan menyerankan agar Ni Ketut Sekarini mengikuti komunitas-komunitas menulis dan lebih sering berdiskusi dengan kelompok-kelompok Guru yang rutin dan giat dalam kegiatan menulis.
Selain itu, peserta I Made Mudiartana juga menambahkan pertanyaan kepada narasumber. Ia menanyakan—“…apakah ada ada jumlah minimal untuk latar belakang, kajian pustaka dan sebagainya….”. Menurut narasumber, di dalam kegiatan menulis tidak ada batasan minimal. Kecuali jika kita mengikuti sebuah perlombaan yang dilandasi oleh ketentuan-ketentuan dari panitia. Namun demikian, narasumber lebih menyarankan agar proporsional. “…misalnya pendahuluan sebanyak sepulu sampai limabelas persen, kajian pustaka lima belas persen, kemudian metodologi lima belas persen dan yang paling banyak itu adalah di pembahasan, sehingga hasil penelitian dapat dikaji lebih dalam di dalam pembahasan….”.
Tidak berhenti sampai disitu, melalui host—I Made Arjana, S.Pd.,M.Pd yang sangat baik dalam memfasilitasi pelaksanaan kegiatan Webinar juga memancing pertanyaan fundamental dari peserta I Made Sukartha ( Pengawas SD Denpasar Barat )yang menanyakan mengenai seberapa pentingnya tahun terbit sebuah buku yang dijadikan references penelitian PTK. Menurut Erry Trisna Nurhayana S.Pd.,M.Pd—sebaiknya menggunakan buku-buku yang menjadi references terbaru, kecuali untuk kegiatan penelitian yang bersifat sejarah. Sedangkan untuk kegiatan penelitian-penelitian terbaru diharapkan menggunakan referense terbaru yang berasal dari buku maupun artikel serta jurnal ilmiah.
Kegiatan Webinar yang dilaksanakan mulai pukul 09.00-11.00 ini berakhir dengan sangat memuaskan bagi para peserta. Bahkan para peserta berharapp kegiatan semacam ini dapat dilanjutkan. Hal ini diungkapkan oleh salah satu peserta, yakni Ni Wayan Darti “pelaksanaan Webinar ini sangat membantu saya dalam mengembangkan wawasan saya tentang PTK dan menjadi wadah yang bagus untuk berdiskusi. Saya berharap kegiatan semacam ini terus dilakukan….” tuturnya.